Membangun Rempang Eco-City dengan Kesetaraan dan Keadilan Sosial

Diterbitkan oleh Redaksi pada Sabtu, 15 Juni 2024 09:16 WIB dengan kategori Opini Suara Mahasiswa dan sudah 221 kali ditampilkan

Opini: Wenny Natalia

Mahasiswa Akuntansi Syariah, STEBI Batam

Pengembangan Kawasan Rempang Eco-City oleh BP Batam merupakan proyek ambisius yang tidak hanya menawarkan infrastruktur modern, tetapi juga berdampak signifikan terhadap masyarakat yang terdampak. Dalam proses ini, penting untuk memastikan bahwa semua pihak yang terlibat mendapatkan perlakuan yang adil dan setara, serta mendapatkan dukungan yang memadai untuk pemulihan dan pembangunan ke depannya.

Proyek pengembangan Rempang Eco-City membawa beberapa tantangan, pemindahan masyarakat dari tempat asal ke hunian sementara dan akhirnya ke permukiman baru mempengaruhi kehidupan sehari-hari mereka, terutama dalam hal adaptasi sosial dan ekonomi. Meskipun ada program santunan dan bantuan, penting untuk memastikan bahwa nilai santunan yang diberikan mencerminkan kebutuhan sebenarnya dari masyarakat yang terdampak. Perlunya kejelasan dalam penilaian dan transparansi dalam distribusi bantuan menjadi krusial. Selain memberikan bantuan sosial, masyarakat juga perlu dibantu untuk membangun kembali kehidupan ekonomi mereka di lingkungan baru yang lebih mandiri dan berkelanjutan.

Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, berikut beberapa solusi yang dapat dipertimbangkan. Masyarakat yang terdampak perlu mendapatkan pelatihan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan industri lokal, seperti industri manufaktur atau sektor jasa yang akan berkembang di Kawasan Industri Rempang. Program pelatihan ini dapat mencakup pelatihan Teknis. Misalnya, pelatihan dalam bidang teknologi informasi, mekanik, atau keahlian spesifik lainnya yang dibutuhkan oleh industri. Untuk mendorong pendirian usaha kecil dan menengah (UKM), seperti warung, bengkel, atau industri rumah tangga, yang dapat menghasilkan pendapatan tambahan bagi masyarakat.

Bagi masyarakat yang mata pencahariannya sebagai nelayan, program dukungan yang lebih khusus diperlukan, termasuk pelatihan dalam teknik penangkapan ikan yang berkelanjutan dan pemasaran hasil tangkapan untuk meningkatkan efisiensi dan pendapatan. Dukungan dalam bentuk modal usaha untuk membeli peralatan penangkapan ikan yang modern atau untuk mendirikan usaha lain yang berhubungan dengan sektor perikanan. Teori pengembangan berkelanjutan menekankan pentingnya mempertahankan mata pencaharian tradisional seperti nelayan sambil meningkatkan praktik yang berkelanjutan dan adaptasi terhadap perubahan lingkungan.

Selain mendukung aspek ekonomi, penting juga untuk memastikan penyediaan infrastruktur yang memadai di Rempang Eco-City, Seperti sekolah, puskesmas, pasar, dan fasilitas rekreasi yang dapat memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Juga infrastruktur Teknis seperti jaringan listrik yang handal, air bersih, dan akses jalan yang memadai untuk mendukung mobilitas dan konektivitas. Teori pembangunan infrastruktur menunjukkan bahwa investasi dalam infrastruktur yang baik merupakan kunci untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif.

Pengembangan Rempang Eco-City oleh BP Batam menawarkan peluang besar untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Namun, implementasi proyek ini harus dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek keadilan sosial, kesetaraan akses terhadap manfaat pembangunan, dan pembangunan kapasitas ekonomi masyarakat yang terdampak.

Dengan menerapkan solusi-solusi berbasis bukti dan teori yang disebutkan di atas, BP Batam dapat memastikan bahwa pengembangan Rempang Eco-City tidak hanya berhasil dari segi infrastruktur fisik, tetapi juga memberikan dampak positif yang signifikan bagi masyarakat lokal. Semoga melalui pendekatan ini, Rempang Eco-City dapat menjadi contoh yang baik dalam pembangunan kota yang berkelanjutan dan inklusif di Indonesia.