Sekolah Hinterland Masih Minim Perhatian

Diterbitkan oleh pada Ahad, 1 Februari 2015 16:15 WIB dengan kategori Liputan Khusus dan sudah 1.603 kali ditampilkan

KARIMUN - Sekolah sebagai pusat pendidikan seyogyanya menjadi tempat yang nyaman dan kondusif bagi berjalannya proses belajar mengajar, namun hal tersebut masih belum berlaku di beberapa sekolah hinterland di Kabupaten Karimun.

 

Salah satu contohnya adalah Sekolah Dasar Negeri 006 di Pulau Manda Desa Ngal yang masih memprihatinkan. Disana hanya terdapat sebuah gedung untuk belajar yang terdiri dari 3 ruangan. Siswa yang ada hanya 14 orang, untuk kelas 1 sampai dengan kelas 5, sementara kelas 6 sudah 2 tahun ini tidak memiliki siswa. Dari 3 ruangan tersebut, terdapat 1 ruangan untuk majelis guru dan 2 ruangan untuk belajar, perpustakaan pun tidak tampak di sekolah ini. Sementara halaman hanya ada 1 untuk upacara dan senam, dan di sekeliling areal sekolah terdapat dataran yang cukup curam.

 

Sekelompok mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Pemuda dan Pelajar Kundur (HIMAP2K) Pekanbaru menyesalkan masih terdapat sekolah-sekolah seperti itu. "Masih ada juga sekolah-sekolah yang minim perhatian. Kami sesalkan hal ini, kita punya anggaran pendidikan cukup besar. Jangan hanya sekolah di wilayah padat penduduk yang dapat bantuan berkala, tapi di hinterland tidak ada." ungkapkan oleh Wakil Ketua HIMAP2K Azil Fikri, saat ditemui pada pelaksanaan kegiatan HIMAP2K Mengajar di sekolah tersebut Sabtu (31/1) kemarin."Beberapa kali kegiatan HIMAP2K Mengajar baru kali ini kita temui kondisi seperti ini. Kami berharap adanya perhatian lebih dari pemerintah ke sekolah hinterland. Ini wadah pendidikan yang nantinya akan menghasilkan pemimpin masa depan." tandasnya.

 

Ia juga menyatakan hal ini dapat menjadi penyebab pelajar dari sekolah hinterland akan merasa minder ketika nantinya bertemu dengan pelajar dari sekolah kota. "Jelas mereka bisa minder, kalau nanti ketemu siswa dari SD lain dari Tanjung Balai atau Tanjung Batu misalnya yang fasilitasnya cukup. Jangankan untuk berkompetisi, untuk bergabung saja mungkin mereka minder." ungkap Azil lagi.

 

Meski demikian ia menyatakan salut dengan semangat yang dimiliki para pelajar di skeolah hinterland itu. Pada kegiatan yang mereka laksanakan, para siswa terlihat tidak bosan-bosannya menjawab berbagai pertanyaan dari games-games pendidikan yang disajikan oleh kakak-kakak mahasiswa tersebut. "Mereka cuma 14 orang, tapi riuhnya seperti ratusan orang. Semua materi dan ilmu-ilmu yang kami sajikan mereka lahap dengan cepat. Sedih rasanya anak-anak yang berpotensi seperti ini harus menjalani pendidikan yang minim. Mereka layak dapat perhatian lebih." harapnya.