Kecam Keras Bulletin Larangan Peringatan Maulid Nabi SAW
Ratusan warga di sekitar Jalan Sidotopo Kidul Surabaya menuntut penutupan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Ali Bin Abi Thalib, karena dalam penerbitan buletin tertulis larangan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
"Merayakan peringatan Maulid Nabi kok dilarang? Inikan harus diluruskan," ujar koordinator aksi Adras Ridwan, di sela unjuk rasa di depan kampus setempat, Sabtu kemarin.
Dalam aksi yang dikawal ketat Kepolisian Resor Pelabuhan Tanjung Perak tersebut, selain berorasi, warga juga membawa poster bertuliskan tuntutan penutupan sekolah yang sudah berdiri sekitar 10 tahun tersebut. "Kami tidak terima dan meminta sekolah ini dihentikan dulu proses belajar-mengajarnya tiga bulan. Kalau perlu ditutup sekalian," ucapnya, menegaskan.
Aksi warga ini dipicu beredarnya buletin dakwah "Al-Iman" edisi 205, tahun ke-5, nomor 9, bulan Rabiyl Awal 1436 H bertema Aqidah yang dibagikan pada Jumat (16/1) yang berjudul "Bolehkah Merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW?"
Pada isi di salah satu artikel bertuliskan, "Merayakan Maulidan adalah sarana yang dapat menjerumuskan seseorang ke dalam perbuatan kesyirikan, karena di dalam acara tersebut terdapat pujian-pujian yang berlebihan terhadap Rasulullah, sehingga mendudukan beliau dalam kedudukan Tuhan".
"Hal itu sudah membuat sebagian besar warga gelisah dan tidak nyaman. Harus ada tanggung jawab dari manajemen dan pengelola kampus," tukas Sekretaris Ikatan Keluarga Madura (Ikamra) Kota Surabaya.
Atas dasar tersebut, lanjut dia, pihaknya akan memberi laporan secara lisan dan tertulis kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatim, Pimpinan Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim, Wali Kota Surabaya, Gubernur Jatim, serta aparat kepolisian.
Menanggapinya, Wakil Ketua Yayasan STAI Ali Bin Abi Thalib, Syaiful Hasan, mengakui tulisan di buletin tersebut sebuah kekeliruan bagi STAI dari tulisan salah seorang mahasiswanya yang diterbitkan tanpa seizin dan sepengetahuan dosen penanggung jawab buletin yang bertugas mengoreksi isi atau materi.
"Karena sudah terjadi maka kami mohon maaf kepada semua pihak yang merasa tersinggung dengan isi buletin. Kejadian ini benar-benar tanpa disengaja, tetapi sebuah kesalahan murni yang tentunya memberi pelajaran bagi STAI dan staf," tuturnya.
Pihaknya mengaku senantiasa mewujudkan ketenangan, keamanan dan hidup berdampingan secara baik dengan semua pihak, termasuk warga dan pemerintah. "Sejak keberadaannya di Sidotopo Kidul, STAI berkomitmen dapat membantu memberi hal-hal bermanfaat, sekaligus melanjutkan tradisi memelihara hubungan baik dengan warga sekitar," ucapnya.
(ROL)