Pandangan Sosiologi Konflik, Mengenai Aksi Demo Tolak Kenaikan Harga BBM di Tanjungpinang
TANJUNG PINANG - Konflik Sosial yaitu suatu pertentangan antar anggota masyarakat yang bersifat menyeluruh dalam kehidupan. Dengan kata lain konflik bisa dikatakan proses sosial antara dua orang atau lebih / kelompok dimana salah satu pihaknya berusaha menyingkirkan pihak lainnya sampai tidak berdaya. Konflik dapat terjadi dimana saja dan kapan saja,bahkan siapapun dapat menciptakan konflik. Konflik dapat terjadi karena misalnya: Perbedaan nilai dan norma, Perbedaan pandangan, dan Pertentangan kepentingan.
Pandangan masyarakat tentang konflik selalu negatif, padahal konflik juga akan berdampak positif sesuai dengan konflik yang terjadi. Seperti menurut tokoh sosiologi yaitu Lewis Cosser. Lewis Cosser berpendapat bahwa konflik itu fungsional yaitu dimana konflik itu memiliki kegunaan yang mengarah kepositif. Konflik tidak harus merusak atau bersifat disfungsional untuk sistem di mana konflik itu terjadi, tetapi bahwa konflik memiliki konsekuensi-konsekuensi positif atau menguntungkan sistem itu. Menurut cosser konflik dengan kelompok lain dapat memperkuat kembali identitas kelompok dan melindunginya agar tidak lebur dalam konflik sosial sekelilingnya. Konflik menurut cosser terbagi menjadi dua tipe yaitu : 1) konflik realistis adalah konflik yang terjadi atas dasar kekecewaan terhadap tuntutan tuntutan khusus yang terjadi dalam hubungan dan dari perkiraan keuntungan para partisipan, dan yang ditujukan pada objek yang dianggap mengecewakan.
Seperti halnya demo yang terjadi diTanjungpinang, akibat pemerintah membuat kebijakan dengan menaikan harga BBM, Misalnya jenis pertalite naik dari 7.600 menjadi 10.000. Kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM menyulitkan masyarakat karena mereka percaya bahwa saat harga BBM naik, semua kebutuhan pokok mereka juga ikut naik. Selain ituketika harga BBM naik akan membuat masyarakat semakin susah, karena pendapatan mereka masih terbilang sedikit ditambah BBM adalah kebutuhan setiap masyarakat yang ada di Kota Tanjungpinang , terkhusus para nelayan yang menggunakan BBM untuk mencari nafka. Aksi demo ini dilakukan oleh para mahasiswa yang ada diTanjungpinang. Mahasiswa merasa kecewa terhadap pemerintah sehingga mereka melakukan aksi demo, didepan Kantor DPRD Kepri. Mahasiswa turun kelapangan berharap akan berjumpa dengan Anggota DPRD Kepri. Dapat disimpulkan bahwa peristiwa yang terjadi yaitu Aksi demo kenaikan harga BBM merupakan konflik realistis. Karena konflik realistis adalah konflik yang terjadi akibat dasar kekecewaan terhadap tuntutan tuntutan khusus yang terjadi dalam hubungan dan yang ditujukan pada objek yang dianggap mengecewakan.
Selanjutnya konflik nonrealistis yaitu, konflik yang bukan berasal dari tujuan-tujuan saingan yang antagonis, tetapi dari kebutuhan untuk meredakan ketegangan, paling tidak dari salah satu pihak, sehingga terdapat suatu kemungkinan bahwa seseorang terlibat dalam konflik realistis tanpa sikap permusuhan atau agresi. Dalam aksi demo yang terjadi diTanjungpinang dapat dilihat bahwa ada oknum oknum yang ikut campur dalam aksi demo tolak harga kenaikan BBM ini, padahal para mahasiswa yang berdemo berurusan dengan anggota DPRD.
Seperti halnya yang dikatakan Cosser bahwa konflik itu tidak selalu punya sisi negatif tetapi konflik itu ada baiknya, dalam aksi demo ini walaupun BBM tetap dengan harga yang ditentukan oleh pemerintah, setidaknya dengan adanya aksi demo ini dapat memperkuat solidaritas antara mahasiswa. Mungkin sebelum terjadinya demo para mahasiswa tidak saling mengenali atau tidak bertegur sapa, tetapi dengan adanya aksi demo para mahasiswa bergabung menjadi satu untuk sama sama menolak harga kenaikan BBM.
Fanny Wardani
Mahasiswa Universitas Maritim Raja Ali Haji
Program Studi Sosiologi angakatan 2020