Hidup Bukan Sekadar Bertahan: Belajar dari Gelombang PHK dan Peluang untuk Tumbuh

Diterbitkan oleh Redaksi pada Senin, 26 Mei 2025 22:13 WIB dengan kategori Opini Suara Mahasiswa dan sudah 149 kali ditampilkan

OPINI:
Arief Ferdian Maulana
Mahasiswa Jurnalistik Politeknik Negeri Jakarta

 

Gelombang PHK massal yang melanda berbagai sektor industri di Indonesia sepanjang tahun 2024 hingga awal 2025 bukanlah sekadar deretan angka dalam laporan ketenagakerjaan. Di balik setiap kabar PHK, tersembunyi kisah-kisah pribadi yang harus menghadapi kenyataan pahit: kehilangan pekerjaan yang selama ini menjadi penopang hidup. Namun, justru dalam momen krisis inilah kita dihadapkan pada pertanyaan fundamental: apakah hidup kita hanya sebatas bertahan, ataukah ada makna yang lebih dalam dari setiap tantangan yang menghampiri?


PHK yang terjadi di berbagai perusahaan teknologi, manufaktur, hingga e-commerce dan beberapa perusahaan multinasional lainnya, telah mengubah wajah ketenagakerjaan. Ribuan karyawan yang sebelumnya merasa aman dengan status "pegawai tetap" kini tidak lagi menjamin kepastian. Namun, di tengah keterpurukan ini, muncul pertanyaan yang lebih mendasar: bagaimana kita mendefinisikan makna hidup ketika hal-hal yang kita anggap permanen ternyata dapat berubah dalam sekejap?


Krisis Sebagai Cermin Diri
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), per Februari 2025, tingkat pengangguran terbuka di Indonesia tercatat mencapai 4,76%, turun 0,06% dibandingkan tahun sebelumnya. Sektor digital yang sebelumnya dianggap sebagai kemajuan ekonomi justru mengalami PHK besar-besaran akibat ketidakmampuan beberapa startup bertahan di tengah fluktuasi ekonomi global dan tekanan pasar. Tidak hanya itu, sektor manufaktur, media, hingga transportasi daring juga turut terdampak.


Psikolog Viktor Frankl, seorang penyintas Holocaust yang kemudian menjadi pionir logoterapi, pernah menulis, "Segala sesuatu dapat diambil dari seseorang, kecuali satu hal—kebebasan terakhir manusia: memilih sikapnya dalam situasi apa pun." Kutipan ini sangat relevan dengan kondisi pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja saat ini. Ketika pekerjaan, gaji, dan status sosial dapat diambil dalam sekejap, yang tersisa adalah pilihan kita dalam menyikapi situasi tersebut.


Psikolog Carol Dweck dari Stanford University dan penulis buku "Mindset: The New Psychology of Success," memperkenalkan konsep growth mindset, yakni pola pikir yang melihat kemampuan sebagai sesuatu yang dapat dikembangkan melalui pengalaman. Berbeda dengan fixed mindset yang melihat kegagalan sebagai akhir, individu dengan growth mindset melihatnya sebagai awal dari pembelajaran dan kemajuan.


Melangkah dari Bertahan Menuju Bertumbuh
PHK massal mengingatkan kita bahwa kenyamanan bersifat sementara. Di sisi lain, ketidakpastian bisa menjadi pemicu untuk menggali potensi baru dalam diri kita. Ketika pekerjaan tidak lagi menjadi satu-satunya identitas, kita terdorong untuk mengenali kekuatan dan keterampilan lain yang mungkin telah lama terpendam.


Tony Robbins, motivator dan life coach terkenal, menyatakan, "The quality of your life is the quality of your relationships - starting with your relationship with yourself." Ketika pekerjaan hilang, kita dipaksa untuk kembali pada hubungan paling mendasar: hubungan dengan diri sendiri. 


Menemukan Makna di Balik Krisis
Viktor Frankl juga menyatakan, "Siapa pun yang memiliki alasan untuk hidup, dapat menghadapi keadaan apa pun." Ketika pekerjaan hilang, kita dipaksa untuk kembali merenungkan atau alasan mendasar mengapa kita hidup. Apakah hidup hanya tentang mencari uang? Mencapai status sosial tertentu? atau adakah panggilan hidup yang lebih tinggi? 


Banyak orang yang terkena PHK kemudian menemukan bahwa selama ini mereka bekerja bukan karena passion, tetapi karena kebutuhan finansial semata. Krisis ini memberi mereka kesempatan untuk merefleksikan apa yang benar-benar mereka inginkan dalam hidup. Beberapa memutuskan untuk mengejar karir yang lebih sesuai dengan nilai-nilai pribadi, meskipun mungkin dengan kompensasi yang lebih rendah.


Studi dari Harvard Business School menunjukkan bahwa orang yang memiliki tujuan hidup yang jelas cenderung lebih bahagia, lebih sehat secara mental dan fisik, serta lebih produktif dalam jangka panjang. PHK, meskipun menyakitkan, dapat menjadi momentum untuk menemukan atau meredefinisi tujuan tersebut.


Motivasi Hidup: Antara Realitas dan Harapan
Motivasi hidup adalah dorongan internal untuk terus bergerak, bahkan saat dunia terasa menekan dari segala arah. Dalam teori logoterapi Viktor E. Frankl (Man's Search for Meaning), manusia mampu bertahan dalam kondisi paling mengerikan sekalipun, selama ia menemukan makna dalam penderitaannya. 
Apa makna dari kehilangan pekerjaan? Bagi sebagian orang, mungkin ini adalah akhir. Namun bagi yang mampu melihat lebih dalam, PHK bisa menjadi titik awal untuk menggali potensi yang selama ini tersembunyi. Sebagaimana dikemukakan oleh Carol Dweck dalam teori growth mindset, individu dengan pola pikir berkembang akan melihat kegagalan sebagai peluang untuk belajar dan berkembang, bukan sebagai akhir dari segalanya.


Tidak ada yang bisa bangkit sendirian. Pentingnya memiliki support system yang kuat menjadi sangat terasa ketika menghadapi krisis seperti PHK. Support system ini tidak hanya keluarga dan teman dekat, tetapi juga professional network, mentor, dan bahkan komunitas online yang memiliki pengalaman serupa.
Hidup Adalah Keberanian untuk Bertumbuh.


Kita hidup dalam dunia yang tidak pasti. Kerja tidak lagi selamanya, kenyamanan bisa hilang kapan saja, dan struktur ekonomi bisa berubah dalam hitungan bulan. Dalam kondisi ini, motivasi hidup bukanlah kemewahan, melainkan kebutuhan.


Kita tidak selalu bisa memilih situasi, tetapi kita selalu bisa memilih respon. Dan dalam setiap respon itu, tersimpan kekuatan yang menentukan siapa kita—korban pasif atau subjek aktif dari hidup yang terus berubah.


Sebagaimana dikatakan Nelson Mandela, “Saya belajar bahwa keberanian bukanlah ketiadaan rasa takut, melainkan kemenangan atas rasa takut itu sendiri.”

 

Sumber Referensi 

Badan Pusat Statistik. (2025). Berita Resmi Statistik: Keadaan Ketenagakerjaan Februari 2025. Jakarta: BPS.

Frankl, Viktor E. (2006). Man's Search for Meaning. Boston: Beacon Press.

Dweck, Carol S. (2006). Mindset: The New Psychology of Success. New York: Random House.

Robbins, Tony. (2014). Awaken the Giant Within: How to Take Immediate Control of Your Mental, Emotional, Physical and Financial Destiny!. New York: Simon & Schuster.

Harvard Business School. (2022). The Power of Purpose in Life and Work. Boston: HBS Publishing.

Mandela, Nelson. (1994). Long Walk to Freedom: The Autobiography of Nelson Mandela. Boston: Little, Brown and Company.