Menemukan Harapan di Tengah Badai PHK
OPINI:
Penulis: Muhammad Ismail
Mahasiswa Jurnalistik Politeknik Negeri Jakarta
Fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) massal kembali menjadi sorotan publik di Indonesia, terutama di sektor teknologi digital. Kasus terbaru melibatkan perusahaan e-commerce Shopee yang dilaporkan melakukan efisiensi tenaga kerja dengan memberhentikan sejumlah karyawan, termasuk mereka yang telah mengabdi selama lebih dari delapan tahun. Ini bukan kejadian tunggal. Menurut laporan Data Indonesia (2024), lebih dari 15.000 pekerja sektor digital kehilangan pekerjaan sepanjang dua tahun terakhir, akibat tekanan ekonomi global, perubahan model bisnis, dan restrukturisasi internal perusahaan teknologi.
Di tengah ketidakpastian ini, muncul satu pertanyaan penting: apakah PHK selalu berarti akhir? Atau mungkinkah ia justru menjadi panggilan tak terduga untuk memulai kembali?
Luka yang Nyata, Tapi Bukan Akhir Segalanya
Tidak ada cara mudah untuk menggambarkan rasa kehilangan pekerjaan. Bagi banyak orang, pekerjaan bukan sekadar sumber penghasilan, tapi juga identitas sosial, rutinitas yang memberi makna, dan rasa aman. Ketika PHK datang tiba-tiba, guncangan psikologis dan finansial bisa sangat besar. Seorang kepala keluarga bisa merasa gagal. Seorang profesional muda bisa merasa kehilangan arah hidup.
Namun, pengalaman dari sejumlah korban PHK menunjukkan bahwa keterpurukan ini tidak harus bersifat permanen. Dalam banyak kasus, justru dari titik nadir inilah muncul kesadaran baru akan potensi diri yang selama ini terabaikan. Ada mantan karyawan yang memulai bisnis kuliner rumahan, menjadi freelancer desain, atau bahkan beralih ke bidang pendidikan daring setelah mendapat pelatihan digital.
Dari Krisis Menuju Transformasi Diri
Dalam konteks sosial yang lebih luas, PHK bisa dilihat sebagai bagian dari disrupsi besar yang sedang terjadi di dunia kerja. Kemunculan otomatisasi, kecerdasan buatan, dan perubahan perilaku konsumen mendorong perusahaan untuk terus beradaptasi. Sayangnya, adaptasi itu sering kali dibayar mahal oleh para pekerja.
Namun demikian, dunia digital juga menyediakan peluang yang belum pernah sebesar ini sebelumnya. Platform edukasi terbuka seperti Coursera, RevoU, atau Prakerja membuka akses ke keterampilan baru. Model kerja fleksibel dan remote membuka jalan untuk mengakses pasar global tanpa harus pindah tempat tinggal.
Kuncinya ada pada kesiapan individu untuk keluar dari zona nyaman, serta dukungan sistemik dari negara dan komunitas untuk menyediakan ekosistem pemulihan yang inklusif bagi para pekerja terdampak.
Negara Tidak Boleh Lepas Tangan
PHK massal seharusnya menjadi peringatan bagi pemerintah dan pembuat kebijakan bahwa pasar tenaga kerja kita masih rentan. Perlindungan hukum terhadap pekerja kontrak atau paruh waktu di sektor digital masih lemah. Selain itu, jaring pengaman sosial—seperti asuransi pengangguran atau pelatihan ulang yang berbasis kebutuhan pasar—belum optimal menjangkau mereka yang terdampak.
Pemerintah perlu segera mengevaluasi kebijakan ketenagakerjaan untuk memastikan bahwa pekerja tidak hanya diperlakukan sebagai “biaya” yang bisa dipangkas, tetapi sebagai aset yang perlu dilindungi dan diberdayakan. UU Ketenagakerjaan, program Prakerja, serta kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta harus diarahkan untuk merespons era ketidakpastian ini dengan kebijakan yang adaptif dan manusiawi.
Memulai Ulang dengan Kepala Tegak
PHK, betapapun menyakitkannya, tidak harus menjadi akhir dari segalanya. Ia bisa menjadi awal dari transformasi, jika kita mampu melihat peluang di balik krisis. Namun, transformasi itu tidak bisa hanya dibebankan pada individu. Negara, perusahaan, dan masyarakat harus hadir bersama menciptakan jalan keluar yang adil.
Bagi mereka yang hari ini kehilangan pekerjaan, harapan tetap ada. Dunia memang berubah cepat, tapi selama ada semangat belajar dan beradaptasi, tidak ada yang sia-sia. Ingatlah, kita bukan hanya angka dalam daftar efisiensi, kita adalah manusia yang punya keberanian untuk bangkit.
Langit mungkin sedang mendung. Tapi bukan berarti matahari tak akan terbit lagi.