Dua Jalan Ikigai Menuju Pencarian Motivasi Hidup
OPINI
Cornelius Juan Prawira
Mahasiswa Jurnalistik Politeknik Negeri Jakarta
Generasi Z mencari situasi dan nilai bermakna saat bekerja. Tumbuh dalam ruang digital, tekanan dalam pekerjaan dirasakan secara fisik dan mental. Beban kerja yang tinggi dan kecemasan bila tergantikan artificial intellegence (AI) menjadi keresahan utama. Memaknai pekerjaan merupakan“pencarian luhur” generasi ini.
Melansir data infografik dari Kompas.id berjudul “Dampak Menjadi Generasi Sandwich bagi Gen Z”, ada kecemasan dalam pekerjaan, seperti keterbatasan kesempatan kerja/pengembangan karir (21,58 persen) dan mudah stres serta burnout (40,29 persen). Hal ini semakin nyata karena di tempat kerja, generasi milenial, X, dan baby boomers mencap buruk generasi Z.
Paradigma bekerja bagi generasi Z berubah sebagai bekerja untuk hidup, bukan sebaliknya. Melansir sumber serupa dengan mengutip situs Times Higher Education, generasi Z memprioritaskan prinsip dalam bekerja dan tujuan dari perkerjaan itu sendiri. Mereka mencari makna pekerjaan daripada capaian nilai produktivitas yang tinggi semata.
Pencarian ini menciptakan kerangka pencapaian yang berfokus pada keterlibatan aspek sosial seperti membantu dan mencerdaskan masyarakat, dan kepedulian kepada lingkungan. Sistem kerja tetap bersentuhan dengan teknologi, namun tetap menjaga konektivitas sesama manusia. Generasi Z mencari lingkungan kerja dengan penghormatan atas keberagaman pandangan dialog antarpekerja.
Selaras dengan itu, generasi ini membutuhkan lingkungan kerja yang mendorong perkembangan diri. Pelatihan internal dari tempat kerja mampu menyegarkan semangat kerja dan pembaharuan di segi kemampuan. Mereka pun ingin agar tempat kerja menjadi ladang positif untuk pengembangan diri. Pengembangan diri pada kemampuan tertentu perlu didekatkan pada media sosial.
Keadaan fluktiatif pada konteks politik dan ekonomi menghuni jagat digital generasi Z. Ada kecemasan pada alterasi kemampuan tertentu ke AI. Maka, generasi ini mencari ruang yang mampu menghargai kemanusiaan, bukan menanti masa tergantikan AI. Prinsip kemanusiaan dan penerimaan positif terhadap pekerjaan jadi tolak ukur pertimbangan memasuki dunia kerja.
Membangkitkan motivasi
Meski begitu, tantangannya tetap pada bagaimana membangun pemaknaan yang baik selama bekerja. Pengandaian di atas merupakan idealitas generasi Z pada tempat kerja. Pertanyaannnya: bagaimana menciptakaan pemaknaan di tempat kerja? Fransesco Miralles dan Hector Gracia dalam buku Ikigai menerangkan satu pemaknaan penting dalam bekerja: mengikuti arus.
Mengikuti arus di sini dimaknai sebagai “menikmati aktivitas”. Fransesco dan Hector mengutip perkataan Bruce Lee, “Mengalirlah, kawan.” Seseorang bisa sangat tenggelamm dalam pekerjaannya. Semua ini dikarenakan kekuatan fokus tanpa terdistraksi gangguan eksternal. Ada tujuh strategi mencapai ikigai atau flow yang membantu seseorang berhasil menyelami aktivitasnya. Namun, setidaknya dua strategi bisa membantu seseorang mewujudkan hal di atas dan membangkitkan motivasi.
Jika seseorang hendak menemukan makna dari pekerjaan, maka orang itu sendiri perlu terjun ke pekerjaannya. Strategi pertama adalah memilih tugas paling sulit, namun tidak terlalu sulit. Umumnya, saat dihadapkan pada pekerjaan yanng lebih sulit, sesorang akan berusaha lebih keras dan fokus dalam menyelesaikkanya. Atensi penuh bisa dihadirkan meski pekerjaan yang dilakukan tergolong sukar. Berbeda bila menjumpai pekerjaan yang sangat mudah. Seseorang akan lebih mudah bosan.
Strategi kedua adalah konsentrasi pada tugas. Kesulitan saat ini adalah menerima berbagai respons dari gawai. Ketidakmampuan membendung itu lantas mendistraksi diri untuk bergerak secara dinamis. Seseorang lantas melakukan multitasking agar mampu menanggapi berbagai respons dalam waktu singkat. Hal itu justu mengungkapan sebaliknya dalam perkara produksitvitas. Multitasking hanya benar-benar memproses beberapa informasi beberapa saja.
Ada dua syarat agar bisa fokus: berada di lingkungan bebas gangguan dan mengontrol terhadap apa yang dilakukan setiap waktu. Memastikan diri berada di ruang tenang dengan minim sumber-sumber yahg bisa memberi stimulus dan perubahan. Seseorang perlu mengenali lingkungan itu agar bisa menguasai diri secara optimal.
Dari perkembangan yang terjadi dan panduan ringkasi ikigai, maka perlu dilihat kembali esensi bekerja. Motivasi dapat ditemukan dalam dua keadaan: merasa pekerjaan itu mendukung dan mendorong fokus serta kemampuan mengorganisir pekerjaan. Alhasil, motivasi tidak melulu dibangkitkan dengan kata-kata. Dengan dua metode ini, hal-hal mendasar agar semakin menemukan makna pekerjaan bisa ditelusuri.