Dari Teman Jadi Support System, Arti peran Kecil yang Berdampak Besar
OPINI:
Adzhaqirra Syahsheiqa Sydqi Rahadi
Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta
“Kadang yang Membuat Kita Kuat Bukan Solusi, Tapi Sekadar Ditemani”
Di tengah kesibukan kuliah, skripsi, atau kerja paruh waktu, ada satu hal yang sering kita anggap sepele, tetapi ternyata sangat berarti: kehadiran teman yang dapat diandalkan.
Bukan sekadar teman nongkrong, bukan sekadar teman swafoto atau rekan satu kelompok tugas. Tapi teman yang hadir saat kamu tidak tahu harus bercerita kepada siapa, yang mengerti kamu dari nada suara, dan tetap ada meskipun kamu tidak mengatakan apa-apa.
Mengapa Support System Itu Krusial?
Menurut data dari American Psychological Association (APA), individu yang memiliki jaringan sosial dan dukungan emosional yang kuat cenderung memiliki risiko depresi dan kecemasan yang lebih rendah. Dalam konteks anak muda Indonesia, tekanan akademik, ekspektasi keluarga, hingga krisis seperempat abad (quarter life crisis) bisa sangat memengaruhi kesehatan mental.
Melansir dari Kompas.com, psikolog Elizabeth Santosa menyebut bahwa support system dapat membantu seseorang menyusun ulang pikirannya saat sedang menghadapi stres. Teman yang baik bisa menjadi cermin untuk melihat solusi dari sudut pandang yang berbeda—tanpa menghakimi.
Artinya, memiliki support system bukan hanya soal bersenang-senang bersama, tetapi benar-benar dapat berdampak pada kesehatan mental dan kualitas hidup.
Dari Teman Biasa ke Teman Bermakna
Transisi dari teman biasa menjadi support system sejati tidak terjadi dalam semalam. Namun, biasanya bisa dikenali dari hal-hal kecil: dia yang tahu kamu sedang stres hanya dari emoji atau pesan singkatmu, dia yang mengajak keluar rumah saat kamu mulai menarik diri, dan dia yang bersedia mendengarkan keluhanmu meskipun sedang lelah juga.
Menurut riset dari Harvard Study of Adult Development, hubungan sosial yang berkualitas—terutama di usia muda—merupakan prediktor utama dari kebahagiaan dan kesehatan jangka panjang. Hubungan seperti ini sering berawal dari pertemanan yang berkembang menjadi saling percaya, saling menjaga, dan saling mendorong untuk menjadi lebih baik.
Bukan “Harus Ada Terus”, Tapi Tahu Kapan Harus Ada
Banyak yang mengira support system berarti harus selalu ada setiap saat. Padahal, menjadi support system bukan soal jumlah waktu, melainkan kualitas kehadiran.
Kadang, cukup dengan kalimat, “Gue di sini ya,” sudah bisa membuat dada terasa lebih lega. Kadang, ditemani makan dan ngobrol ringan sudah cukup untuk mengingatkan bahwa kita tidak sendiri.
Psikolog klinis Tara de Thouars, dikutip dari CNN Indonesia, menyebut bahwa kehadiran emosional—bukan sekadar fisik—adalah bentuk support system paling efektif. Kamu tidak harus tahu semua jawaban dari masalah temanmu. Cukup ada, cukup hadir, cukup menjadi ruang aman.
Menjadi Support System yang Tidak Melewati Batas
Walaupun niat kita baik, menjadi support system juga perlu dilakukan dengan hati-hati. Jangan sampai kehadiran kita justru menambah beban. Beberapa hal penting yang perlu diingat:
- Dengarkan tanpa menyela atau membandingkan.
- Jangan memaksa teman untuk bercerita jika belum siap.
- Jaga privasi mereka, meskipun kamu ingin membantu.
- Ingat, support system bukan superhero. Kita tidak harus menyelamatkan semuanya, tetapi cukup hadir sebagai teman yang menguatkan.
Kita Tidak Butuh Banyak, Cukup yang Nyata
Di era media sosial, kita bisa memiliki ribuan pengikut, tetapi tetap merasa sendirian. Karena pada akhirnya, bukan tentang seberapa banyak orang yang kamu kenal, melainkan siapa yang benar-benar hadir saat kamu lemah.
Hubungan seperti ini tidak bisa dibeli atau dipaksakan. Tapi bisa dibangun, sedikit demi sedikit, melalui rasa percaya, kejujuran, dan ketulusan.
Jika kamu memiliki satu teman yang bisa kamu ajak menangis dan tertawa di hari yang sama, peluk erat dia—karena itu lebih dari cukup. Dan jika kamu bisa menjadi orang seperti itu bagi orang lain, maka kamu sedang membuat dunia menjadi sedikit lebih ringan untuk dijalani.
Setiap orang membutuhkan tempat bersandar, dan tidak semua orang beruntung memiliki keluarga atau pasangan yang dapat diandalkan. Di sinilah peran teman menjadi krusial.
Jadi, jika kamu pernah merasa tidak berarti, ingatlah ini: mungkin kamu sedang menjadi pelita kecil yang menerangi hari kelam seseorang.
Dan itu adalah peran yang tidak semua orang bisa jalankan.