Dekat Lagi dengan Orang Tua

Diterbitkan oleh Redaksi pada Selasa, 3 Juni 2025 15:31 WIB dengan kategori Opini Suara Mahasiswa dan sudah 142 kali ditampilkan

OPINI:

Putri Anggraeni

Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta

 

Tanpa kita sadari, seiring bertambahnya usia dan padatnya aktivitas, hubungan kita dengan orang tua perlahan merenggang. Bukan karena kita tidak lagi menyayangi mereka, bukan pula karena ada konflik besar, tetapi karena kesibukan sekolah, tugas-tugas yang menumpuk, waktu bersama teman, dan bahkan dunia digital telah mengambil sebagian besar perhatian kita. Kadang juga muncul perasaan bahwa orang tua tidak lagi memahami kehidupan kita yang begitu berbeda dari generasi mereka.

Namun, penting untuk kita sadari bahwa hubungan yang positif dan hangat dengan orang tua sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental, kenyamanan emosional, dan pembentukan karakter kita di masa depan.

Menurut UNICEF Indonesia, anak-anak yang merasa dekat dan dapat terbuka dengan orang tuanya cenderung memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi, kestabilan emosi yang lebih baik, dan kesiapan menghadapi tekanan hidup yang lebih kuat. Kedekatan emosional ini menjadi landasan penting dalam membentuk kemampuan sosial serta daya tahan psikologis seseorang di masa dewasa.

Sayangnya, tidak semua anak memiliki hubungan yang hangat dengan orang tuanya. Kadang orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaan, atau justru anak merasa canggung untuk memulai percakapan. Situasi ini sering menimbulkan jarak emosional yang makin hari makin terasa, jika tidak segera disadari dan diatasi.

Yang perlu kita pahami adalah bahwa hubungan yang hangat dan sehat tidak terjadi begitu saja. Hubungan ini harus dibangun dengan kesadaran, komunikasi yang konsisten, dan keterlibatan emosional dalam kehidupan sehari-hari. Melansir dari Kompas.com (2023), kedekatan emosional antara orang tua dan anak perlu dipupuk secara aktif, tidak cukup hanya dengan hubungan darah atau tinggal serumah.

Langkah awalnya bisa sangat sederhana. Misalnya, menyapa mereka lebih dulu saat pulang sekolah, ikut membantu membereskan rumah, menemani menonton acara televisi, atau sekadar duduk bersama tanpa memegang ponsel. Percakapan ringan seperti bertanya, “Ayah hari ini capek tidak?” atau “Ibu tadi masak apa?” bisa membuka ruang obrolan yang lebih hangat dan bermakna. Momen-momen kecil ini, jika dilakukan dengan tulus, bisa mempererat hubungan secara perlahan.

Penelitian juga menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki hubungan positif dengan orang tuanya sejak usia muda cenderung mengalami tingkat stres yang lebih rendah dan memiliki kemampuan relasi sosial yang lebih baik saat dewasa. Artinya, membangun hubungan yang sehat dengan orang tua bukan hanya penting untuk kenyamanan hari ini, tetapi juga merupakan bentuk investasi emosional untuk masa depan kita sendiri.

Memang, tidak selalu mudah untuk menjadi pihak yang memulai. Kadang ada rasa malu, sungkan, atau gengsi. Namun jika kita terus menunggu, hubungan itu bisa makin renggang. Orang tua sebenarnya selalu ingin dekat dengan anak-anaknya. Hanya saja, mereka mungkin tidak tahu bagaimana cara memulainya. Di sinilah kita bisa mengambil peran, dengan langkah kecil yang penuh perhatian.

Tidak perlu menunggu momen besar atau perayaan tertentu untuk menunjukkan kepedulian. Hubungan yang baik justru dibentuk dari kebersamaan sehari-hari yang dilakukan secara konsisten dan tulus. Semakin awal kita mulai, semakin banyak pula kenangan indah yang bisa kita ciptakan bersama mereka.

Kelak, ketika kita tumbuh dewasa, kita mungkin baru benar-benar menyadari bahwa waktu bersama orang tua adalah hal yang sangat berharga. Jangan tunggu sampai semua tinggal kenangan. Mari mulai dari sekarang, dari hal-hal kecil yang bisa mempererat hubungan, agar kelak tidak ada penyesalan karena pernah membiarkan jarak itu tumbuh begitu saja.