Ketika Ragu Datang, Kepercayaan Jadi Penawarnya
Oleh: Hasna Khalishta Afza
Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta
Dalam menjalani hubungan percintaan, berbagai hal bisa terjadi—dari yang membahagiakan hingga mengecewakan. Salah satu kunci penting agar hubungan tetap sehat dan harmonis adalah kemampuan untuk berpikir positif. Meskipun terdengar sederhana, sikap ini dapat memberikan dampak besar terhadap kualitas hubungan, cara kita menyelesaikan masalah, serta bagaimana kita memandang pasangan.
Apa Itu Berpikir Positif?
Berpikir positif adalah cara pandang yang fokus pada hal-hal baik, penuh harapan, dan berusaha melihat sisi terang dari setiap situasi. Dalam konteks hubungan, berpikir positif berarti memberi kepercayaan kepada pasangan, melihat kesalahan sebagai kesempatan untuk belajar, serta menghindari prasangka dan pikiran negatif yang belum tentu benar.
Dikutip dari Gramedia Blog, menurut Susetyo (1998), berpikir positif adalah kemampuan seseorang untuk memusatkan perhatian pada sisi positif dari keadaan diri, orang lain, dan situasi yang dihadapi. Sikap ini tidak muncul dengan sendirinya, melainkan merupakan keterampilan yang bisa dan perlu dilatih.
Sementara itu, menurut Norman Vincent Peale, penulis buku The Power of Positive Thinking, “Berpikir positif bukan berarti mengabaikan masalah, tetapi menghadapi kenyataan dengan keyakinan bahwa kita mampu mengatasinya.” Dalam hubungan, keyakinan semacam ini menjadi energi yang memperkuat ikatan emosional dan meminimalisir konflik yang tidak perlu.
Senada dengan itu, Barbara Fredrickson, seorang profesor psikologi dari University of North Carolina, mengungkapkan dalam teorinya Broaden-and-Build bahwa “emosi positif seperti harapan, cinta, dan syukur akan memperluas cara berpikir seseorang dan membangun sumber daya psikologis yang tahan lama.” Artinya, berpikir positif dalam hubungan membantu membangun fondasi yang kuat untuk ketahanan emosional dan komunikasi yang sehat.
Contoh Nyata dalam Kehidupan Sehari-hari
Bayangkan seorang perempuan yang sedang menjalin hubungan dengan pasangannya. Suatu hari, pasangannya tidak membalas pesan selama berjam-jam. Jika ia berpikir negatif, ia mungkin langsung menyimpulkan bahwa pasangannya tidak peduli, sedang bersama orang lain, atau mulai berubah. Hal ini dapat memicu pertengkaran hingga kecurigaan yang tidak berdasar.
Namun jika ia memilih berpikir positif, ia mungkin akan mencoba memahami bahwa pasangannya sedang sibuk, kehabisan baterai, atau berada dalam situasi tertentu. Ketika akhirnya pasangan menjelaskan bahwa ia sedang rapat darurat, hubungan pun tetap aman karena dijaga dengan kepercayaan dan pikiran yang jernih.
Cara Menerapkan Berpikir Positif dalam Hubungan
Tentu, menerapkan sikap ini tidak selalu mudah terutama jika seseorang pernah terluka atau memiliki trauma dari hubungan sebelumnya. Namun, berikut beberapa cara yang dapat dilakukan:
- Bangun Komunikasi Terbuka
Bicarakan segala hal secara jujur dan terbuka. Jangan memendam rasa curiga atau tidak nyaman. Komunikasi yang sehat akan mencegah salah paham dan memperkuat rasa saling percaya.
- Latih Empati
Cobalah melihat dari sudut pandang pasangan. Pahami bahwa setiap orang memiliki beban dan keterbatasan. Dengan empati, kita bisa lebih menerima dan memahami.
- Hindari Prasangka Negatif
Jangan terburu-buru menyimpulkan sesuatu hanya berdasarkan asumsi pribadi. Jika ada keraguan, tanyakan langsung dengan cara yang baik.
- Kenali Diri dan Luka Lama
Pikiran negatif sering kali muncul dari luka masa lalu atau kurangnya rasa percaya diri. Mengenal diri sendiri akan membantu kita mengelola emosi dengan lebih baik.
- Fokus pada Hal Positif
Ingat kembali kebaikan pasangan dan momen menyenangkan yang pernah terjadi. Apresiasi hal-hal kecil, dan jangan hanya fokus pada kekurangan.
Membangun Hubungan yang Dewasa dan Kuat
Berpikir positif bukan berarti memaklumi kesalahan pasangan secara buta, atau mengabaikan realita yang ada. Namun, sikap ini mengajarkan kita untuk bersikap bijak, membangun kepercayaan, dan memberi ruang bagi perubahan positif. Dalam hubungan percintaan, berpikir positif adalah fondasi untuk menciptakan cinta yang dewasa, saling mendukung, dan tahan terhadap ujian. Sebab, pada akhirnya, hubungan bukanlah tentang siapa yang paling benar, tetapi siapa yang paling mau berjuang bersama.