Pelajaran Berharga dari Kepergian Ayah

Diterbitkan oleh Redaksi pada Selasa, 3 Juni 2025 09:36 WIB dengan kategori Opini Suara Mahasiswa dan sudah 99 kali ditampilkan

OPINI:

Khaalish Azzah Luthfiyyah

Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta

 

Saat ayah meninggal dunia, saya merasa seperti terhempas oleh gelombang kesedihan yang sangat dalam. Dunia yang selama ini saya kenal berubah seketika, dan ruang kosong besar memenuhi hidup saya. Kehilangan sosok yang selama ini menjadi sandaran membuat saya kehilangan arah dan harapan.

Namun, dari masa-masa sulit itu saya belajar bahwa berpikir positif bukan sekadar kata-kata manis, melainkan kekuatan nyata yang membantu saya bertahan dan bangkit. Berpikir positif bukan berarti menolak atau mengabaikan kesedihan, melainkan menerima perasaan itu sebagai bagian alami dari proses berduka. Dengan menerima, saya mulai menemukan makna dan pelajaran dari ujian hidup yang saya hadapi.

Awalnya saya tenggelam dalam duka tanpa tahu harus berbuat apa. Namun, kenangan tentang nasihat dan teladan ayah menjadi lentera kecil yang menuntun saya keluar dari kegelapan. Saya berusaha mengubah cara pandang saya dari yang semula merasa dunia berakhir, saya belajar bahwa kepergian ayah bukan akhir segalanya, melainkan awal untuk melanjutkan perjuangan hidup dengan semangat yang beliau tanamkan.

Menulis perasaan saya membantu merapikan pikiran dan membangun kembali kekuatan mental. Proses itu membuka pintu untuk saya melihat berpikir positif sebagai cara membangun semangat yang sempat hilang. Tidak hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk keluarga yang merasakan kehilangan yang sama.

Doa dan merenung menjadi teman setia yang menguatkan jiwa. Mendekatkan diri kepada Tuhan memberi kedamaian yang sangat saya butuhkan. Selain itu, dukungan keluarga dan sahabat membuat saya merasa tidak sendiri dan semakin kuat menjalani proses berduka.

Berpikir positif bukan menghilangkan rasa sedih, tapi memberi ruang untuk harapan dan kekuatan baru. Saya juga mulai mengisi hari dengan aktivitas yang bermanfaat seperti membaca, menulis, dan berolahraga sehingga energi saya terarah dan semangat terjaga.

Proses ini tidak mudah dan tidak instan. Ada kalanya saya merasa lelah dan ingin menyerah, tapi saya membiarkan perasaan itu datang dan pergi secara alami. Dengan cara ini, saya bisa menjaga keseimbangan emosi dan perlahan membangun kekuatan kembali.

Manfaat berpikir positif juga terasa dari sisi fisik. Ketika pikiran positif terjaga, saya merasa lebih bugar dan siap menghadapi tantangan. Sikap ini juga mempererat hubungan dengan orang terdekat karena kami saling mendukung menghadapi kesedihan bersama.

Dari pengalaman ini saya juga belajar pentingnya rasa syukur. Syukur membuat saya fokus pada hal-hal baik dan tetap optimis bahwa masa depan lebih baik meski saat ini sedang berduka. Saya menjadi lebih sabar, pengertian, dan ikhlas menjalani hidup.

Kehilangan ayah mengajarkan saya menerima kenyataan bahwa hidup terus berjalan. Berpikir positif membantu saya melangkah maju dan fokus pada apa yang bisa saya lakukan untuk menghormati kenangan beliau dan melanjutkan perjuangan yang beliau mulai.

Saya juga menjadi lebih peka dan empati terhadap orang lain yang berduka. Hal ini membuka hati saya untuk memberikan dukungan kepada sesama sehingga kami saling menguatkan, tidak terjebak dalam kesepian dan duka.

Dalam kehidupan sehari-hari, saya menanamkan kebiasaan melihat sisi baik setiap kejadian, termasuk kegagalan dan masalah, sebagai kesempatan belajar dan tumbuh. Dengan cara ini, hidup terasa lebih bermakna dan penuh harapan.

Di akhir perjalanan ini, saya ingin berbagi pesan: bagi siapa saja yang sedang berduka, jangan takut merasakan kesedihan. Namun, bukalah hati untuk menerima kekuatan dan harapan baru yang muncul dari dalam diri. Berpikir positif adalah teman setia yang membantu kita melewati masa sulit dan membuka jalan menuju kehidupan yang lebih bahagia dan bermakna.

Selain itu, berpikir positif juga mengajarkan saya untuk hidup lebih sadar dan penuh kesadaran (mindfulness). Saya belajar untuk lebih menghargai setiap momen yang ada, karena hidup ini singkat dan tidak selalu bisa kita prediksi. Setiap hari menjadi kesempatan baru untuk memperbaiki diri, berbuat baik, dan meneruskan warisan kebaikan dari ayah saya.

Perjalanan ini memang penuh liku dan tantangan, tapi saya yakin setiap orang memiliki kekuatan untuk bangkit dari kesedihan. Dukungan sosial, doa, dan cara pandang yang positif menjadi kunci utama agar kita tidak terjebak dalam keputusasaan. Dengan begitu, kita dapat menjalani hidup dengan semangat dan tujuan yang jelas, sekalipun kehilangan besar sedang menghantui.

Semoga kisah saya ini bisa menjadi pengingat bahwa dalam setiap kesedihan tersimpan kekuatan yang siap ditemukan, asal kita mau membuka hati dan pikiran. Karena pada akhirnya, berpikir positif bukan hanya tentang bertahan, tapi tentang menemukan arti baru dalam hidup dan terus melangkah maju dengan penuh harapan.