Berpikir Positif Tanpa Mengorbankan Diri

Diterbitkan oleh Redaksi pada Rabu, 4 Juni 2025 17:54 WIB dengan kategori Opini Suara Mahasiswa dan sudah 74 kali ditampilkan

OPINI:

Raissa Widiawati

Mahasiswa Penerbitan (Jurnalistik), Politeknik Negeri Jakarta

 

“Kenapa pertemanan kadang lebih melelahkan dari hubungan asmara? Haruskah selalu memaklumi, meski hati terluka?”

Pertanyaan ini mungkin pernah terlintas di benak banyak orang. Kita sering diajarkan bahwa teman adalah tempat paling aman—ruang tanpa syarat, penuh dukungan. Namun dalam kenyataannya, tidak semua hubungan pertemanan berjalan semulus itu. Di tengah konflik kecil, miskomunikasi, atau ketimpangan perhatian, berpikir positif menjadi ujian tersendiri.

Apa Itu Berpikir Positif dalam Pertemanan?

Berpikir positif bukan sekadar “selalu melihat sisi baik”. Menurut Susetyo (1998), berpikir positif adalah kemampuan untuk memusatkan perhatian pada sisi baik dari diri, orang lain, dan situasi yang dihadapi. Ini bukan sikap yang muncul otomatis, melainkan keterampilan yang harus dilatih—terutama dalam relasi sosial seperti pertemanan.

Elizabeth Hopper, Ph.D., menyebut bahwa memberikan manfaat dari keraguan (benefit of the doubt) kepada teman dapat menciptakan lingkungan sosial yang lebih hangat dan memperkuat koneksi. Dengan kerangka pikir positif, kita lebih termotivasi untuk membangun relasi yang saling mendukung, bukan saling curiga.

Namun, berpikir positif juga perlu dibarengi dengan kesadaran dan batas yang sehat. Jika tidak, ia justru bisa menjadi jebakan emosional.


Kenapa Berpikir Positif dalam Pertemanan Tidak Selalu Mudah?

1. Tidak Semua Teman Peka Secara Emosional
Kita kerap berharap teman memahami perasaan lewat isyarat halus. Sayangnya, tidak semua orang memiliki kecerdasan emosional yang memadai. Daniel Goleman dalam Emotional Intelligence (1995) menekankan pentingnya kemampuan mengenali dan merespons emosi orang lain sebagai dasar relasi yang sehat.

2. Ketimpangan Peran: Selalu Mendengar, Tak Pernah Didengar
Jika satu pihak terus menjadi tempat curhat tanpa kesempatan berbagi balik, hubungan menjadi timpang. Penelitian dalam Journal of Social and Personal Relationships (2018) menunjukkan bahwa relasi yang tidak timbal balik dapat memicu kelelahan emosional dan memperburuk kualitas pertemanan.

3. Terlalu Sering Mengalah demi "Damai"
Menghindari konflik memang terdengar bijak, tapi jika terus dilakukan, bisa membuat seseorang memendam emosi. Dr. Andrea Bonior dalam Psychology Today (2020) menulis bahwa berpikir positif bukan berarti menutupi rasa sakit, melainkan memiliki keberanian untuk jujur terhadap luka.


Ciri Pertemanan yang Sehat

Tidak semua pertemanan membawa manfaat. Sebaliknya, beberapa justru bisa menjadi sumber stres. Berikut beberapa tanda pertemanan yang sehat:

  • Tidak ragu untuk berbagi cerita dan emosi.

  • Mendukung kesuksesan dan pertumbuhan satu sama lain.

  • Nyaman menjadi diri sendiri tanpa perlu berpura-pura.

  • Penuh kenangan indah, bukan trauma berkepanjangan.

  • Tidak menghalangi hubungan positif dengan teman lain.


Melepaskan Bukan Tanda Gagal

Berpikir positif dalam pertemanan bukan berarti memaksa diri untuk bertahan dalam relasi yang menyakitkan. Ada kalanya, langkah paling bijak adalah mundur perlahan. Keputusan ini bukan bentuk kebencian, tapi wujud kasih sayang terhadap diri sendiri.

Dalam budaya kita, bertahan sering dianggap sebagai bentuk kesetiaan. Padahal, dalam relasi yang tidak setara—di mana komunikasi tak berjalan baik, batas pribadi terus dilanggar, atau pertemanan malah menguras emosi—melepaskan bisa jadi bentuk tertinggi dari berpikir positif.


Tips Berpikir Positif yang Sehat dalam Pertemanan

Berikut beberapa cara berpikir positif tanpa mengorbankan diri sendiri:

  • Dengarkan lebih dulu, jangan langsung menuduh
    Beri ruang teman untuk menjelaskan sudut pandangnya.

  • Hindari asumsi negatif berlebihan
    Asumsikan niat baik, bukan prasangka buruk.

  • Validasi perasaan diri sendiri
    Dengarkan teman, tapi jangan abaikan apa yang kamu rasakan.

  • Tahu kapan memperbaiki, tahu kapan melepaskan
    Tidak semua relasi harus dipertahankan. Beberapa hanya datang untuk memberi pelajaran.

Berpikir positif dalam pertemanan adalah soal keseimbangan antara memahami dan menjaga diri. Teman yang baik membuatmu merasa cukup, bukan membuatmu terus mempertanyakan dirimu.

Karena pada akhirnya, pertemanan yang sehat bukan yang membuatmu bertahan demi nostalgia, tapi yang membuatmu bertumbuh demi masa depan.