Kenali Suara Negatif di Dalam Diri

Diterbitkan oleh Redaksi pada Rabu, 4 Juni 2025 17:58 WIB dengan kategori Opini Suara Mahasiswa dan sudah 106 kali ditampilkan

OPINI:

Titin Sahra Melani

Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta

 

Banyak orang merasa lelah bukan karena pekerjaan yang berat atau aktivitas fisik yang padat, melainkan karena pikiran yang terus-menerus menekan. Pikiran yang sibuk menilai, mencemaskan hal-hal yang belum tentu terjadi, atau terlalu sering menyalahkan diri sendiri, sering kali menjadi penghalang untuk merasa tenang.

Padahal, pikiran adalah salah satu hal yang bisa dikendalikan. Pikiran negatif yang dibiarkan tumbuh tanpa arah bisa menyebabkan stres berkepanjangan dan menurunkan rasa percaya diri. Misalnya, saat mengalami kegagalan kecil, kita langsung merasa tidak mampu. Pola pikir seperti ini tidak hanya menyesatkan, tetapi juga melemahkan.

Itulah yang disebut dengan negative self-talk. Iswari dan Hartini (2005) menjelaskan bahwa negative self-talk adalah suatu kebiasaan menyalahkan diri sendiri, merasa rendah diri dan khawatir. Banyak orang melakukannya yang tanpa sadar. Jika dibiarkan, hal ini dapat memicu depresi karena membuat seseorang berpikir secara irasional—tidak masuk akal atau mengabaikan fakta yang sebenarnya.

Hatzigeorgiadis dan Biddle dalam Negative Self-Talk During Sport Performance: Relationships with Pre-Competition Anxiety and Goal-Performance Discrepancies menyebutkan bahwa negative self-talk membuat seseorang merasa anxiety dan ragu terhadap dirinya sendiri. Dalam kondisi ini, terjadi dialog internal yang penuh dengan kata-kata negatif, di mana seseorang berbicara kepada dirinya sendiri mengenai hal-hal buruk yang diyakininya.

Padahal, berbicara kepada diri sendiri dengan cara yang lebih positif bisa menjadi langkah awal untuk memperbaiki kualitas hidup. Melansir dari situs mayoclinic.org, berpikir positif bukan berarti menipu diri atau menolak kenyataan, melainkan memilih sudut pandang yang mendukung perkembangan.

Banyak penelitian menunjukkan bahwa pola pikir positif berperan penting dalam menjaga kesehatan mental dan fisik. Orang yang berpikir positif cenderung lebih kuat dalam menghadapi tekanan, memiliki risiko depresi yang lebih rendah, dan bahkan bisa hidup lebih lama. Pikiran yang sehat membantu kita menjalani gaya hidup yang lebih baik—seperti menjaga pola makan, tidur cukup, serta menghindari kebiasaan buruk seperti merokok atau minum alkohol berlebihan.

Tentu saja, membentuk pola pikir positif tidak bisa terjadi dalam semalam. Langkah pertama adalah mengenali bentuk-bentuk pikiran negatif yang sering muncul. Misalnya, kebiasaan membesar-besarkan masalah kecil atau mengabaikan hal-hal positif dalam hidup. Semua itu adalah jebakan pikiran yang bisa memengaruhi cara pandang kita terhadap diri sendiri dan dunia sekitar.

Pola pikir adalah sesuatu yang bisa dilatih. Saat pikiran negatif muncul, penting untuk segera mengubahnya. Mengganti kalimat seperti, “Saya selalu gagal,” menjadi, “Saya masih belajar,  gagal itu wajar,” adalah contoh sederhana perubahan sudut pandang. Kita juga bisa melatih diri untuk mencari sisi positif dari setiap peristiwa, menjaga lingkungan yang mendukung, merawat tubuh, dan membiasakan rasa syukur. Semua langkah kecil ini bisa membawa perubahan besar dalam hidup.

Pikiran kita seperti cerita yang terus berputar di kepala. Jika isi ceritanya penuh kritik dan kekhawatiran, hidup akan terasa berat. Sebaliknya, jika narasinya berisi dorongan, pengertian, dan harapan, hidup akan terasa lebih ringan. Memulainya tidak harus dari hal besar. Cukup dengan membiasakan diri menyapa dengan kalimat positif di pagi hari, menghargai pencapaian sekecil apa pun, dan berhenti menyalahkan diri atas hal-hal di luar kendali.