Pertemanan Positif, Hidup Lebih Produktif

Diterbitkan oleh Redaksi pada Rabu, 4 Juni 2025 18:03 WIB dengan kategori Opini Suara Mahasiswa dan sudah 89 kali ditampilkan

OPINI:

Mahagiga Muhammad Wicaksono

Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta

 

Tidak semua pertemanan membawa dampak positif. Dalam lingkup kehidupan mahasiswa, memilih teman bukan sekadar perkara jumlah, tetapi kualitas. Pertemanan yang sehat dapat menjadi bahan bakar semangat dan kunci hidup lebih produktif.

Lingkungan Sosial yang Menular

Banyak yang bilang, kita adalah cerminan dari lima orang terdekat kita. Saat seseorang dikelilingi oleh teman-teman yang semangat belajar, berani bermimpi, dan menghargai waktu, maka besar kemungkinan semangat itu akan menular. Penelitian dari University of Virginia menyatakan bahwa emosi dan motivasi bisa menular secara sosial, artinya seseorang bisa jadi lebih positif atau negatif tergantung lingkungannya.

Mahasiswa yang ingin produktif sebaiknya menata ulang lingkaran pertemanannya. Tidak berarti membatasi diri dari siapa pun, tetapi menyadari bahwa kualitas pertemanan akan memengaruhi kualitas aktivitas.

Teman Banyak, Sahabat Cukup

Ada baiknya memiliki banyak teman, namun sahabat cukup beberapa. Teman bisa hadir di berbagai ruang kelas, komunitas, tempat nongkrong tapi sahabat sejati adalah mereka yang tumbuh bersama, mendengarkan tanpa menghakimi, dan hadir saat dibutuhkan.

Kualitas hubungan lebih penting dari kuantitasnya. Dalam lingkaran sahabat yang sehat, seseorang akan merasa aman untuk berkembang, bukan merasa dikontrol atau ditarik mundur.

Perlu Ada Batasan Sehat

Pertemanan bukan berarti harus selalu sejalan atau setuju. Justru di situ pentingnya batasan. Mahasiswa yang sehat secara mental tahu kapan harus berkata “tidak” jika ada ajakan yang bertentangan dengan nilai atau tujuan hidupnya. Menolak ajakan yang merugikan bukan berarti tidak setia kawan, tapi bentuk penghargaan terhadap diri sendiri.

Dalam buku Boundaries karya Dr. Henry Cloud dan Dr. John Townsend, disebutkan bahwa batasan personal merupakan fondasi utama dalam hubungan sehat. Di lingkungan kampus, batasan ini perlu dibangun sedini mungkin agar hubungan tetap saling menghargai.

Hindari Teman yang Mengontrol

Salah satu ciri pertemanan tidak sehat adalah ketika salah satu pihak merasa berhak mengatur hidup kita. Dalam konteks mahasiswa, ini bisa berupa tekanan untuk mengikuti kebiasaan mereka, mengorbankan waktu belajar demi nongkrong, atau harus sepakat dengan semua pendapat mereka.

Teman yang baik adalah yang memberi ruang bagi temannya untuk berkembang, bukan mengendalikan. Perlu keberanian untuk menjauh dari lingkaran yang membuat energi dan motivasi kita terkuras.

Perkuat Energi Positif dalam Aktivitas

Lingkungan pertemanan yang sehat akan mendorong kita untuk aktif. Ajakannya bisa berupa ikut komunitas menulis, olahraga bareng, belajar kelompok, atau membuat proyek kreatif bersama. Aktivitas seperti ini membuat waktu mahasiswa terisi dengan hal-hal bermakna, bukan sekadar nongkrong tanpa arah.

Produktivitas tumbuh bukan hanya dari dalam diri, tetapi juga dari atmosfer sekitar. Teman yang peduli akan saling mengingatkan jika ada yang mulai bermalas-malasan.

Jangan Lupakan Apresiasi Kecil

Terkadang, apresiasi kecil bisa memperkuat hubungan besar. Memberi ucapan terima kasih, traktiran kecil, atau sekadar mendengarkan cerita teman saat ia sedang down, bisa jadi bentuk support yang berarti. Sahabat yang positif tidak datang dari hal-hal besar, tapi dari kehangatan dan konsistensi dalam perhatian.Seperti kata pepatah, “Sahabat adalah mereka yang tahu kita sedang tidak baik-baik saja meski kita tersenyum lebar.”

Berani Pilih, Berani Berkembang

Memilih pertemanan bukan berarti eksklusif, tapi cerdas. Dalam usia mahasiswa, membangun identitas dan karier dimulai dari lingkaran sosial yang suportif. Jangan takut untuk selektif dan menghindari lingkaran yang toxic.

Teman sejati tidak akan memaksa, mengendalikan, apalagi menjatuhkan. Mereka hadir untuk mengangkat, menyemangati, dan bertumbuh bersama. Bila kita ingin hidup lebih produktif, awali dengan memilih lingkungan pertemanan yang sehat.

Hidup terlalu singkat untuk dihabiskan bersama orang yang hanya hadir saat senang. Pertemanan yang sehat tidak hanya menumbuhkan relasi, tetapi juga produktivitas. Maka, pilihlah teman yang membuatmu semangat, bukan sebaliknya. Karena dari pertemanan yang positif, lahirlah pribadi yang lebih berani, bijak, dan siap menghadapi dunia.