Jeritan Nelayan Kijang Kota (1)>>>>Penghasilan per Bulan Tak Mencukupi

Diterbitkan oleh pada Ahad, 1 November 2009 00:00 WIB dengan kategori Nasional dan sudah 1.017 kali ditampilkan

BINTAN -Rukun Nelayan Kijang Kota (RNKK) mengeluhkan soal kesejahteraan mereka. Pasalnya, antara penghasilan dan kebutuhan mereka sering tidak berimbang apalagi di tengah kondisi perekonomian saat ini.
BINTAN -Rukun Nelayan Kijang Kota (RNKK) mengeluhkan soal kesejahteraan mereka. Pasalnya, antara penghasilan dan kebutuhan mereka sering tidak berimbang apalagi di tengah kondisi perekonomian saat ini.

Mereka meminta kepada pemerintah daerah untuk terjun langsung menangani permasalahan nelayan di Kijang sebab selama ini mereka merasa kesungguhan mereka dalam bekerja hanya menguntungkan pengusaha dan ulah segelintir oknum yang mengatasnamakan nelayan untuk memperkaya diri sendiri. Demikian ungkap Manaf, Humas RNKK Bintan mengungkapkan para nelayan di Kijang yang selama ini dianggap sejahtera jika dihubungkan dengan kenyataannya tidaklah demikian. Penghasilan rata-rata Nelayan di Kijang itu sekitar Rp 800 ribu hingga Rp 1 juta. "Jelas ini penghasilan yang kecil karena berdasarkan data yang ada pada kami masing-masing dari nelayan pada menyewa rumah sebesar Rp 300 ribu, belum lagi biaya sekolah anak-anak dan biaya kehidupan sehari-hari jelas ini tidak mencukupi," kata Manaf.

Terkadang, hal ini membuat nelayan di Kijang meminjam uang kepada toke untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Menurutnya, kondisi seperti ini tidaklah boleh dibiarkan terus-menerus. "Meskipun kita memiliki himpunan nelayan, tapi kami anggap mereka kurang mampu mengakomodir apa yang kami inginkan sehingga kami meminta kepada Pemkab Bintan untuk memperhatikan masalah kami ini sebelum kami melakukan hal-hal yang tidak diinginkan," tambah Manaf.

Gesit, salah seorang nelayan yang mengaku memiliki dua orang anak yang sekolah SMP dan SMA mengeluhkan hal yang sama. Menurutnya, selama ini pemerintah daerah memang sudah ada perhatiannya seperti melakukan bantuan pompong, tetapi bantuan itu belum dirasakan manfaatnya karena pemerintah daerah tidak melakukan pengawasan dilaut terhadap nelayan-nelayan asing yang mencuri ikan.

"Ini sama saja dengan bohong ketika bantuan pompong sudah diterima, ya ikan-ikan sudah habis. Selain itu, penambangan bouksit dan eksploitasi laut tanpa memperhatikan lingkungan juga telah merugikan kami. Kita meminta kepada pemerintah daerah untuk melakukan survai ke bawah khususnya terhadap nelayan ketika ingin membuat sebuah program yang terkait dengan kami. Kami mulai sadar sekarang bahwa selama ini kami hanya mengayakan pengusaha alias toke dan segelintir oknum," tutup Gesit.