Pancasila, Antara Hafalan dan Amalan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) merancang rencana strategis bertajuk Pelajar Pancasila. Rencana strategis ini merupakan penerapan visi misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri (Permen) Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020. Pelajar Pancasila adalah upaya mewujudkan pelajar Indonesia yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dengan enam ciri utama yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.
Di hadapan rencana strategis Kemendikbud tersebut terbentang masalah tradisional bagi narasi pancasila itu sendiri. Dimana pengamalan pancasila masih menjadi kepincangan terkhusus bagi para pelajar.
Fakta di lapangan adalah pelajar yang kita jumpai masih mampu menghafal bunyi pancasila. Beberapa siswa yang kami jumpai begitu mudah menjawab bunyi Pancasila yang kami tanyakan. Namun kegagapan dan kebingungan akan mereka tunjukan saat ditanyakan apa pengamalan Pancasila yang dari sila ketiga atau keempat. Dikarenakan memang sejauh ini Pancasila hanya dijadikan hafalan pada seremonial ataupun isian pada tugas sekolah.
Pengamalan adalah proses mengalami langsung pengetahuan yang telah dipelajari. Sama halnya dengan pancasila, pengamalannya adalah mengalami prilaku-prilaku yang menggambarkan setiap point pancasila tersebut.
Sejatinya nilai Pancasila tidak pernah bersebrangan dengan keluhuran prilaku. Prilaku yang secara sadar maupun tidak sadar telah dipraktekan oleh kita semua khususnya para pelajar. Disaat mereka, para pelajar berdoa kepada Tuhan yang mereka percaya, disana mereka telah mengamalkan sila pertama pancasila. Disaat seorang pelajar mencium tangan gurunya, disana mereka telah mengamalkan sila kedua pancasila tentang prilaku beradab manusia. Disaat seorang pelajar dari suku tertentu meminjamkan pena pada temannya tanpa bertanya apa suku temannya, tanpa sadar ia telah mengamalkan persatuan Indonesia. Kala pelajar menjalankan aturan guru yang ditegaskan ketua kelasnya, maka pelajar tersebut telah khidmat secara bijaksana atas sebuah perwakilan. Pelajar yang berani membela temanya yang dibulli adalah bukti mereka telah mewujudkan keadilan sosial dilingkungan sekolahnya.
Opini yang hampir selalu sama diutarakan orang jika ditanyakan mengapa pancasila seakan memudar di kalangan pelajar. Konten kurikulum pun tidak luput menuai kritik karena dianggap makin memangkas nilai-nilai pendidikan pancasila. Padatnya kurikulum pendidikan dianggap turut andil sebagai faktor yang membuat nilai-nilai pancasila sulit diserap dengan baik oleh pelajar. Hingga akhirnya pancasila berakhir menjadi hafalan saja.
Minimnya keteladanan nilai pancasila yang ditegaskan secara verbal dan prilaku baik di sekolah maupun di luar sekolah juga menjadi penyebab yang membuat pelajar kita tidak terbiasa menyaksikan pengamalan pancasila yang pada akhirnya juga membuat mereka gagap dalam mengamalkannya. Lalu solusi apa yang bisa kita lakukan untuk beberapa permasalahan tersebut?.
Pintu edukasi masih menjadi harapan paling efektif bagi penerapan nilai-nilai Pancasila dikalangan pelajar. Namun polanya perlu dibuat lebih kreatif agar lebih berkesan. Pola-pola kekinian tapi tidak keluar dari koridor kepantasan harus lebih giat digalakkan. Contohnya roadshow dan seminar Pancasila ke sekolah-sekolah yang dimotori sejumlah tokoh terkenal semisal influenser. Kegiatan menarik bertema pancasila harus lebih sering di gelar agar pancasila terpatri di benak para pelajar.
Adapula mekanisme pelaporan pengamalan pancasila yang mungkin perlu diberlakukan. Buku laporan khusus berisi tugas pengamalan pancasila perlu dirancang agar menjadi penugasan harian pelajar. Satu pengamalan pancasila perhari akan menjadi sangat baik bagi pelajar jika diterapkan.
Selain itu yang tidak kalah penting adalah semua pihak wajib menyadari bahwa mengamalkan nilai-nilai pancasila adalah tanggung jawab bersama. Bukan lagi sebatas tanggung jawab pelajar saja. Namun semua pihak yang sekiranye berinteraksi dengan pelajar seperti guru, orang tua dan warga masyarakat harus berperan dalam memberi teladan. Semakin sering pelajar mendapat teladan maka semakin besar pula peluang mereka mantap dalam mengamalkan pancasila.
Pancasila adalah pedoman final dalam kemajemukan Bangsa Indonesia. Pelajar adalah para agen masa depan yang perlu dibekali nilai-nilai luhur pancasila. Pelajar masa kini adalah pengisi pos-pos potensial dimasa depan. Akan sangat riskan jika pengisi pos-pos penting itu tidak memiliki keluhuran pancasila. Maka bangsa ini akan keluar dari jalurnya.
Disusun oleh :
Mahasiswa Manajemen Bisnis Syariah :
Kelompok 1 Manajemen Bisnis Syariah 2021
- Candra
- Putra Pratama
- Randy Pramana Putra
- Saiful K. Teibang
- Wahyu Widiyati
- Tursinah