BPLS Pasang Sensor Gerakan Tanah

Diterbitkan oleh Redaksi pada Selasa, 3 November 2009 00:00 WIB dengan kategori Teknologi dan sudah 1.059 kali ditampilkan


Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo tengah memasang peralatan sensor atau alat pergerakan tanah untuk melihat kondisi rel Kereta Api di Desa Ketapang Km 32, sebelah utara tol, Jawa Timur yang bengkok pada pukul 10.30 (Kamis-29/10) karena adanya pergerakan tanah.

"Kita sekarang lagi memasang alat sensornya," kata Deputi Operasional BPLS Sofian Hadi, kepada wartawan saat dihubungi, Jumat.

Menurut Sofian, alat sensor itu digunakan untuk melihat atau mengetahui apakah sifatnya permanen atau hanya sementara. Ini perlu dilakukan untuk pengamanan di sepanjang rel kereta api tersebut.

Dengan demikian nantinya akan dapat diketahui apakah masih layak rel kereta api itu untuk dilalui atau tidak. "Karenanya, kami baru bisa mendapatkan keputusan dan memberikan penjelasan untuk hasilnya dalam waktu satu minggu ke depan," ujarnya.

Dijelaskan Sofian, kejadian itu merupakan fenomena alam, karena itu harus ada kepastian apakah aman atau tidak untuk dilalui. "Salah satu yang bisa dilakukan untuk sementara adalah melakukan pemotongan pada besi yang melengkung itu," katanya.

Sebelumnya sebanyak 119 titik semburan gas dan lumpur di Sidoarjo, Jawa Timur aktif kembali. Ini diperkirakan berkaitan dengan peristiwa gempa di Sumatera dan Jawa baru-baru ini.

Menurut Kepala Humas BPLS Achmad Zulkarnain, pergerakan lempeng bumi selain menyebabkan terjadinya gempa dan tsunami, juga meningkatnya tekanan di bawah permukaan tanah. Tekanan tersebut mendorong gas dan lumpur di sekitar pusat semburan lumpur Lapindo di Sidoarjo melalui titik semburan atau rekahan.

"Awal Agustus hingga September 2009, aktivitas semburan gas dan lumpur di titik-titik itu sempat berhenti. Gempa di Sumatera dan Jawa (belakangan ini) tampaknya memengaruhi aktivitas semburan. Kini, ada 119 titik yang aktif lagi dalam kurun waktu 10 hari terakhir," kata Achmad Zulkarnaen.

Dikatakan, semburan gas dan lumpur selain lewat rekahan-rekahan tanah, juga keluar melalui sumur bor milik warga. Semburan-semburan gas dan lumpur itu ada di Desa Mindi, Siring, Jatirejo, dan Pamotan, Kecamatan Porong, serta di desa Ketapang, Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo. "Sulit diprediksi apakah semburan itu akan semakin membesar atau sebaliknya,"ujarnya.

Sedangkan Kepala Divisi Gas BPLS Dodie Irmawan mengatakan, selain muncul semburan baru, volume semburan lumpur dan gas yang aktif lagi tersebut cenderung membesar.

Semburan gas yang keluar lewat rekahan tanah di dalam rumah warga, bisa diatasi dengan memecah konsentrasi gas. Caranya adalah dengan mengarahkan angin dari kipas angin ke asal semburan. Selain itu, seluruh ventilasi ruangan dibuka.

"Penanganan berupa pemisahan antara gas dan material lumpur masih terus kami lakukan. Namun, untuk semburan gas yang keluar lewat rekahan tanah sulit ditangani," ujarnya. (ant/cax/Kapanlagi.com)