IPB Ciptakan Robot Jelajah Bawah Air
Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan (ITK) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) berhasil menciptakan robot jelajah bawah air sejenis remote operating vehicle (ROV).
Menurut Prof Dr Ir Indra Jaya, penemu riset robot yang diberi nama RJ-45 (Robot Jelajah Bawah Air 45) di Bogor, Kamis, dirinya melakukan riset pengembangan robot tersebut sejak tahun 2007, setelah melakukan uji coba selama enam bulan.
Angka 45 yang menjadi nama robot tersebut, kata dia, adalah menunjuk ke spesifikasi kedalaman jelajahnya, yakni 45 meter dari permukaan air laut, sehingga masuk ke dalam ROV untuk laut dangkal.
"Setelah melakukan uji coba, maka atas kerja sama dengan Suku Dinas Kelautan dan Perikanan Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta, akan dilanjutkan riset pengembangan hingga kemudian sampai pada terciptanya RJ-45 ini," katanya dalam pertemuan dengan wartawan di Kampus IPB Baranangsiang.
Dikemukakannya bahwa RJ-45 dirancang untuk memantau kondisi bawah air perairan, khususnya dalam penempatan objek bawah air, seperti rumah ikan (fish shelter) atau rumpon bawah air.
"RJ-45 juga dirancang untuk dapat mengamati penempatan pipa bawah air yang diletakkan pada dasar laut dangkal, karena dilengkapi dengan video kamera bawah air," kata Indra Jaya, yang juga Dekan FPIK-IPB.
Menurut dia, kemampuan RJ-45 yang dikembangkan lebih ke arah observasi bawah air, dan bukan pada ekstraksi (pemanfaatan) sumberdaya yang ada.
"ROV yang ada sekarang ini umumnya memang dirancang untuk keperluan observasi. Kalaupun ada untuk ekstraksi lebih kepada pengambilan contoh (sample) saja," katanya.
Ia mengatakan, untuk pengembangan ke depan, memang diarahkan juga untuk laut ke laut dalam, di mana air laut dalam (ALD) adalah air laut pada kedalaman lebih dari 200 meter dari permukaan air, tidak ada penetrasi cahaya, tidak ada kontak langsung dengan udara, dan telah matang berabad-abad lamanya.
Ciri dari ALD, kata dia, adalah bersuhu rendah, lebih kurang 3 hingga 9 derajat Celsius dan stabil, yakni suhu relatif tetap sepanjang tahun, kaya akan bahan anorganik, seperti nitrat, fosfat, silikat, serta bahan lainnya.
Selain itu bersih atau sangat sedikit mengandung bakteri, karena tidak terpengaruh langsung oleh lingkungan.
Di samping itu, keseimbangan natrium dan magnesium, dan lain-lain yang ada dalam ALD menyerupai keseimbangan yang ada pada tubuh manusia dan adanya logam-logam langka, pengelompokan partikel-partikel air yang kecil di bawah tekanan tinggi.
Manfaat ALD, kata dia, di antaranya dalam pemasukan mineral, pengembangan pemupukan dan budi daya perikanan, serta kesehatan dan mengurangi kolesterol dalam darah.
Saat ditanya mengenai biaya riset hingga lahirnya robot tersebut, ia menjelaskan kurang lebih mencapai Rp150 juta.
"Kalau alat ini dapat diproduksi secara massal, harganya kurang lebih hanya Rp50 juta, namun saat riset, karena banyak uji coba, memang membutuhkan biaya lebih banyak," katanya.
Atas temuannya itu, Indra Jaya termasuk dalam 100 orang penerima penghargaan untuk inovasi teknologi pada Peringatan 100 Tahun Hari Kebangkitan Nasional 2009. (ant/roc/Kapanlagi.com)